"Tema ini diangkat melalui renungan yang mendalam untuk menjawab ancaman penjajahan modern yang kian nyata, mengingat kita merupakan pasar yang sangat besar, dan dikaruniai begitu banyak sumber daya alam yang luar biasa, seperti tanah yang subur, hasil laut yang melimpah, kandungan bumi yang menyimpan beragam mineral". Ungkap Wakil Walikota Mataram saat membacakan pidato tersebut di hadapan seluruh peserta upacara.
Hal ini tentu tidak mudah, dan memiliki ancaman serta tantangan ke depannya. Hanya saja semangat para pahlawan yang dulu berjuang demi kemerdekaan, bisa menjadi pelecut serta cambuk untuk bergerak bersama. Semangat yang berasal dari nilai perjuangan pahlawan bangsa, merupakan semangat yang membawa kita semua untuk menolak kalah dan menyerah pada keadaan, menyatu dalam upaya mewujudkan kehidupan kebangsaan yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur, serta memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
“Ancaman dan tantangan ini akan kita taklukkan berbekal semangat yang sama seperti dicontohkan para pejuang 10 November 1945. Tidak mudah memang, tapi pasti bisa. Karena Pahlawan Bangsa telah mengajarkan kita nilai-nilai perjuangan. Nilai yang jika kita ikuti niscaya membawa jejak kemenangan,”ucap Ulama asal Sekarbela ini dengan lantang.
Dengan hanya berbekal bambu runcing, para Pahlawan dalam Pertempuran 10 November menghadapi musuh yang merupakan Pemenang Perang Dunia dengan persenjataan terbaiknya. Rakyat bergandeng tangan dengan para Tokoh Masyarakat dan Pemuka Agama berikut pengikutnya, bersama laskar-laskar pemuda dan pejuang dari seantero Nusantara, semuanya melebur menjadi satu. Merdeka atau Mati!
“Para Pahlawan telah mengajarkan kepada kita bahwa: kita bukan bangsa pecundang. Kita tidak akan pernah rela untuk bersimpuh dan menyerah kalah. Sebesar apapun ancaman dan tantangan akan kita hadapi. Dengan tangan mengepal dan dada menggelora.”pungkasnya dengan semangat yang menggelora.(TK-DISKOMINFO)